Siapa sih manusia di dunia ini yang nggak suka curhat? Semua pasti pernah dan butuh curhat, karena ketika ada masalah, sejatinya manusia hanya butuh didengarkan. Ya, syukur-syukur kalau memang diberikan bonus solusinya juga.
Saya termasuk orang yang pada awalnya sangat ‘gila’ curhat, dari hal-hal sederhana dan sepele sampai masalah terberat yang pernah saya alami tak luput dari bahan curhatan saya, bahkan jaman jahiliyah dulu, saya menjadikan akun facebook saya sebagai ‘ladang curhat’ dari segala apapun. Mulai dari ketika saya sedang melakukan kegiatan apa, sedang di mana, sedang bersama siapa, ketika saya ada masalah dengan siapa, ketika saya sedang sedih karena hal apa, kadang saya suka share puisi-puisi galau saya, ya apapun, bahkan sampai hal-hal sepele seperti saya sedang menonton acara televisi apapun saya curhatin di media sosial.

Yang paling parah yang pernah saya lakukan adalah saya pernah berantem dengan beberapa orang (dalam waktu yang berbeda) lewat perang status, tidak sedikit kata-kata makian kasar pun pernah saya lontarkan. Parahnya, hal tersebut malah nggak bikin keadaan jadi membaik, malahan lebih buruk, tapi syukurnya saya telah berdamai dengan mereka yang pernah perang status dengan saya di facebook. Pada akhirnya kami sama-sama sadar sendiri bahwa hal itu sungguh kekanak-kanakan, ya namanya juga masa-masa sedang labil ya, pikirannya tuh pendek. Emosi dikit juga, kayak yang murka banget. Hahahaha.
“Facebook: Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”
True or Not? Bagi saya, True!
Setiap orang pasti memiliki masa lalunya, dan setiap orang pasti berubah. Sejatinya terkadang saya tidak suka dengan yang namanya perubahan, tapi toh disadari atau tidak setiap orang pasti berubah termasuk saya, dan semoga perubahannya itu menuju ke arah yang postif.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mengotori facebook saya dengan curhatan-curhatan nggak penting. Ketika tanpa sengaja saya pernah baca tulisan entah di mana—mungkin di beranda facebook saya—saya juga lupa membaca punya siapa, pokoknya kalau nggak salah begini ya intinya,
“Tidak ada yang peduli akan masalahmu, kebanyakan dari mereka hanya melihat, dan sebagaian lagi menertawakan penderitaanmu.”
Saya menelaah dalam kalimat itu, tapi kalimat yang saya baca tidak sekejam itu ya. Hahaha. Sayangnya saya lupa gimana persisnya kalimat itu. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengurangi intensitas curhat itu dan lambat laun bahkan saya mulai malas sekedar membuat status di facebook. Kalaupun harus membuat, privasinya sekarang saya jadikan “only me”, jadi hanya saya aja yang bisa melihatnya. Dan biasanya, sesekali saya curhat di pm di BBM, atau status WhatsApp tapi saya samarkan dengan menerjemahkannya dulu ke bahasa korea! Bahahaha, thanks, kamus terjemahan.apk
Sekarang, saya melihat sudah banyak yang ‘move on’ dan tidak curhat yang menyedihkan lagi di facebooknya, walau masih ada beberapa.
Saya mengalaminya sekarang, saya buka facebook sekedar ‘pelarian dari jenuhnya kehidupan nyata saya’ untuk mencari hiburan dan bacaan yang menyenangkan, bukan untuk melihat dan mendengarkan keluh-kesah orang lain. Dunia nyata aja serasa sudah ‘kejam’, lalu dunia maya pun tak kalah lebih kejamnya? Terus, saya harus ‘lari’ ke mana lagi untuk sekedar mencari hiburan.
Sekarang, saya memang menjadi seorang yang terlihat lebih misterius mungkin ya, hahahaha, karena dari situ saya merasa bahwa ketika saya masih sanggup untuk menahan masalah yang sedang saya hadapi, maka saya tidak akan curhat ke orang lain, paling ke mama yang sering, karena menyenangkan bertukar cerita dan pikiran dengan beliau. Satu-satunya orang yang saya rasa nggak pernah ngeluh ketika saya datang untuk berkeluh kesah ya, mama.
Seperti yang pernah saya katakan di awal postingan ini, saya yang pernah ‘gila’ curhat bikin saya jadi lupa diri. Saya selalu merasa butuh orang untuk mendengarkan, tapi lama-kelamaan ya, kasian juga kan. Karena seringnya yang saya curhatin ya masalah itu lagi, itu lagi. Sampailah saya di titik di mana saya merasa ‘kasihan juga mereka kalau terus-terus mendengar curhatan saya’. Akhirnya saya memutuskan sebisa mungkin untuk tidak curhat, ya, paling kalau curhat pun, curhat yang sekedar gitu aja lebih ke berbagi cerita, kalau yang lebih pribadi dan saya merasa tidak perlu untuk dibagikan ya akan saya simpan sendiri. Saya tidak pernah memaksa orang lain untuk mau cerita tentang masalahnya pada saya, tapi saya sebisa mungkin selalu menyiapkan telinga saya untuk mendengarkan curhatan mereka. Jadi, saya pun bukan tipikal orang yang senang kalau dipaksa untuk cerita, karena saya akan cerita pada waktunya, kok. :p
Saya tidak melarang kamu--yang kebetulan baca postingan ini--untuk curhat kok, tapi ada baiknya pikirkan berkali-kali kalau mau posting sesuatu di media sosial, curhatan salah satunya. Karena media sosial ini kan isinya random people ya, dengan berbagai macam latar belakang, karakter, sifat yang berbeda-beda. Jadi, respon antara satu orang dengan yang lainnya bakal beda. Mungkin ada yang emang bener-bener peduli, ada juga yang malah risih kalau baca curhatan galau mulu di media sosial. Kalau mau curhat ya ada baiknya langsung aja ke orang, tapi jangan sering-sering juga. Kasian, mereka juga pasti punya masalah sendiri, jadi jangan dibebani juga.
Sebetulnya sampai sekarang pun, saya adalah orang dengan rasa ingin tahu yang besar, seringnya saya memang senang jika punya teman (dan sahabat) untuk berbagi cerita. Tanyain deh, mereka yang masih sering saya rusuhin baik lewat langsung maupun PM (Personal Message) untuk ditanyain hal-hal apapun dari saya. Hahahaha.
Oh iya, mungkin mereka nggak akan baca, tapi nggak apa-apa. Saya akan tetap tulis ini; Untuk kalian yang selalu menjadi pendengar yang baik untuk saya, saya nggak tau harus gimana untuk membalas semuanya, mungkin rasa terima kasih pun nggak sebanding, tapi saya tetap berterima kasih karena kalian (selalu) bersedia mendengar ketika saya bercerita, dan bersedia menjawab ketika saya bertanya. Pokoknya, terima kasih banyak!